CandiSambisari. Candi Hindu yang dibangun pada abad ke-9 pada masa pemerintahan raja Rakai Garung pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Posisi Candi Sambisari terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah, kemungkinan besar karena tertimbun lahar dari Gunung Merapi yang meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11 (kemungkinan tahun 1006). CandiPrambanan merupakan candi Hindu yang terbesar di Indonesia. Sampai saat ini belum dapat dipastikan kapan candi ini dibangun dan atas perintah siapa, namun kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu. Dugaan tersebut didasarkan pada isi Prasasti SejarahKerajaan Mataram Kuno. Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan Hindu Hindu di Indonesia, yang didirikan persis di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Orang-orang tidak hanya disebut kerajaan Mataram lama, tetapi juga Kerajaan Medang. Selama berdirinya kerajaan ini ada tiga dinasti yang memegang kekuasaan, yaitu dinasti Sanjaya, Syailendra Vay Tiền Nhanh. Menurut legenda, sejarah Candi Prambanan dibangun atas permintaan Roro Jonggrang yang menginginkan candi dalam waktu semalam. Raden Bandung Bondowoso yang saat itu lagi bucin-bucinnya, menuruti permintaan sang calon’ kekasih. Konon, ia menggerakkan pasukan jin untuk membangun candi tersebut semalaman. Namun, pada akhirnya tetap gak berhasil, karena hanya jadi 999 candi setelah ayam berkokok. Nah, itu cerita legendanya, bagaimana dengan sejarah sebenarnya?Sejarah Candi Prambanan, bukti kejayaan Hindu di tanah Jawailustrasi Candi Prambanan kokoh di sisi timur Yogyakarta, kamu akan dengan mudah menemukan candi ini di pinggir jalan arah ke Klaten. Kompleks candi yang jadi situs warisan dunia UNESCO pada 1991 ini, memiliki taman luas dengan pagar hijau. Bangunan utamanya sedikit terlihat dari jalan sejarah Candi Prambanan, mengajakmu kembali ke abad ke-8 Masehi, awal mula bangunan megah ini digunakan. Candi Prambanan sendiri diketahui, diresmikan pada pemerintahan Kerajaan Medang Mataram atau Mataram Kuno. Menurut candrasengkala, rumusan penanggalan pada prasasti Siwagrha menunjukkan tahun peresmian candi, tepatnya pada 778 Saka atau 856 Masehi. Dilansir Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta milik Kemdikbud, peresmian dilakukan oleh seorang raja bernama Jatiningrat. Sayangnya, gak ada informasi lebih lanjut terkait siapa sosok situs Perpustakaan Nasional Indonesia, menuliskan pembuatan atau peresmian Candi Prambanan diduga berlangsung pada pertengahan abad ke-9. Pada tahun tersebut, kerajaan Medang Mataram dipimpin oleh raja dari Wangsa Sanjaya, Raja Balitung Waya Sambu. Sumber ini merujuk pada prasasti serupa yang saat ini tersimpan di Museum Nasional di pembangunan Candi PrambananCandi Prambanan sebagai salah satu peninggalan kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Hindu yang ada hanya sebatas perkiraan dan interpretasi ahli berdasarkan prasasti yang ditemukan. de Casparis, seorang filolog asal Belanda, menyampaikan, seenggaknya ada tiga poin penting dalam prasasti Prasasti Siwagrha merupakan prasasti yang menggunakan bahasa Jawa Kuno, berisi peristiwa sejarah yang terjadi pada abad IX Masehi dan menyebutkan gugusan candi. Kedua, peresmian kapan pembangunan Candi Prambanan yang bertujuan sebagai bangunan suci untuk Dewa tersebut berkaitan dengan prasasti yang disebut Siwagrha atau Siwalaya. Artinya, 'Rumah Siwa' atau 'Kuil Siwa', yang dikaitkan dengan Candi Prambanan. Ketiga, perintah pembangunan Candi Prambanan setelah tokoh bernama Jatiningrat diidentifikasi sebagai Rakai Pikatan menang dari peperangan dan menyerahkan takhtanya kepada Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. Pendapat lainnya dari Boechari mengartikan, 'uparata' dalam prasasti sebagai kata mangkat atau wafat. Artinya, pembangunan sejarah Candi Prambanan ditujukan sebagai dharma atas mangkatnya Rakai Pikatan. Pendapat kedua ini, dikuatkan dengan isi dari prasasti Wanua Tengah IIIyang berisi pengangkatan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala, setelah kematian Rakai ahli juga menunjukkan bahwa prasasti yang sama menyebutkan proses pengalihan aliran sungai setelah kuil Siwa Siwalaya selesai dibangun. Selain itu, disebutkan juga bahwa telah diresmikan tanah batas-batas percandian dan penetapan sawah-sawah menjadi swah dharmma bagi rumah Siwa. Hal tersebut membuat ahli sepakat bahwa yang dimaksud dalam prasasti Siwagrha merupakan Candi Prambanan. Dengan bukti geografis adanya gugusan candi Hindu dibuktikan dengan arca yang bangunan pusatnya dipagari dengan tembok keliling dan candi-candi perwara. Lalu, letaknya berhimpit dengan aliran sungai yang kini diberi nama Sungai Opak. Baca Juga Masih Misterius, 8 Teori Unik Pembangunan Candi Borobudur Candi Prambanan dan Hindia Belandailustrasi peninggalan kerajaan Mataram Kuno dok. Museum NusantaraFast forward, setelah zaman kerajaan berlalu dan masuk era kolonialisme, sejarah Candi Prambanan sedikit terlupakan. Kemegahannya baru kembali dilirik setelah Lons melaporkan penemuan kembali reruntuhan Candi Prambanan. Pada 1773, ia menemukan bagian terbesar Candi Syiwa. Upaya penggalian pertama selesai pada 1885, cukup lama setelah penemuannya. Proyek ini berada di bawah kendali Groneman dengan aktivitas menghilangkan rerumputan serta mengelompokkan kembali baru-baru reruntuhan pemugaran dimulai kembali pada 1902 oleh van Erp. Pada era ini, batuan Candi Prambanan dikelompokkan dengan lebih spesifik. Lanjut pada tahun 1918, pemugaran kembali dilakukan di bawah pengawasan Dinas Purbakala Hindia-Belanda atau Oudheidkundige Dienst, yang dipimpin oleh Perquin. Tahapan ini menghasilkan rekonstruksi Candi pada 1926, di bawah pimpinan De Haan, melanjutkan perkembangan yang dikerjakan Perquin. Candi Syiwa pun makin disempurnakan dan mulai rekonstruksi Candi Apit. Setelah meninggalnya De Haan, pemugaran dilanjutkan oleh van Romondt pada 1932 dan merampungkan konstruksi Candi pemugaran oleh Hindia Belanda ini terhenti pada 1942, saat calon negara Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Perbaikan baru dilanjutkan setelah perang dan pengalihan pemerintahan dan berhasil menyelesaikan dua Candi Apit pada dan bangunan Candi Prambananilustrasi Candi Prambanan komplek Candi Prambanan asli berbentuk persegi panjang. Keseluruhan area terbagi menjadi tiga bagian, Jaba bagian luar, Tengahan bagian tengah, dan Njeron bagian dalam. Bagian luar merupakan area pagar bebatuan yang kini tinggal reruntuhannya. Seluruh area njaba memiliki luas sekitar 390 meter persegi. Saat ini, pelataran luar tinggal area kosong saja. Gak diketahui apakah sebelumnya pernah ada bangunan atau hiasan tengah berbentuk persegi dengan luas 222 meter persegi. Mirip dengan pelataran depan, tengahan juga memiliki pagar yang telah runtuh. Bagian tengah ini memiliki empat teras teras terbawah yang paling kecil, ada 68 candi kecil berderet melingkar yang saling terhubung antar pintu. Teras kedua terdapat 60 candi, ketiga 52 candi, dan teratas ada 44 candi. Namun, nyaris seluruh bangunan candi telah hancur dan tersisa reruntuhan batunya pelataran belakang, terdapat dua candi yang berdiri tegak membujur dari utara dan selatan. Di barisan barat, terdapat tiga candi menghadap timur. Yang paling utara bernama Candi Wisnu, di tengah ada Candi Syiwa, dan selatan ada Candi Brahma. Di sebelah timur, ada tiga buah candi yang disebut sebagai wahana kendaraan. Disebut demikian karena masing-masing candi diberi nama kendaraan dewa, seperti Candi Garuda kendaraan Wisnu, Candi Nandi lembu kendaraan Syiwa, dan Candi Angsa kendaraan Brahma. Masing-masing candi memiliki denah yang sama. Berbentuk bujur sangkar dengan luas 15m2 dan tinggi 25m. Di ujung utara dan selatan lorong penghubung candi juga terdapat candi lain yang disebut Candi Apit. Dilansir Badan Otorita Borobudur, jumlah keseluruhan candi di kompleks Prambanan berkisar sekitar 240 bangunan dengan berbagai ukuran. Namun, yang berhasil dipugar hanya 18 candi dan sisanya dalam bentuk batuan yang berserakan. Meski bukan berjumlah candi, kisah kegagalan Bandung Bondowoso sangat melekat di hati masyarakat Indonesia terkait sejarah Candi Prambanan. Termasuk pula, kutukan Roro Jonggrang menjadi arca. Hingga saat ini, Arca Roro Jonggrang masih bisa dijumpai di kawasan Candi Prambanan. Nah, menurutmu, apakah legenda tersebut benar-benar terjadi? Baca Juga 7 Lukisan Raden Saleh yang Memesona di Mata Dunia, Fenomenal Lho! - Salah satu bukti kejayaan kerajaan Hindu di tanah Jawa dibuktikan dengan dibangunnya Candi Prambanan pada abad ke-8 Masehi. Candi Hindu terbesar di Indonesia ini telah dinobatkan menjadi situs warisan dunia oleh UNESCO sejak 1991. Candi ini terletak di Taman Wisata Prambanan, kurang lebih 17 km ke arah timur dari kota Yogyakarta. Lokasi persisnya di Desa Prambanan, Kecamatan Bokoharjo, Sleman. Di masa lalu, kawasan itu termasuk dalam wilayah Bhumi Mataram, sebutan lama wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Kawasan wisata sejarah ini terbagi menjadi dua wilayah Sleman di sebelah barat dan Klaten di sebelah timur Sejarah Candi PrambananCandi Prambanan dibangun pada pemerintahan Kerajaan Medang Mataram Mataram Kuno. Berdasarkan candrasengkala, rumusan tahun pada prasasti Siwagrha, candi ini diperkirakan dibangun pada 778 Saka 856 Masehi. Dalam buku Prasasti Indonesia II Selected Inscriptions from the 7th to the 9th Century 1956, Candi Prambanan dibangun sebagai peringatan atas kemenangan perang Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala, raja Medang Mataram melawan Pu Kumbhayoni. Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala yang diserahi tahta uparata oleh Jatiningrat - diduga sebagai Rakai Pikatan Dyah Saladu-merasa perlu membangun monumen sebagai tanda kemenangan kerajaannya. Sementara itu, Kusen dalam Raja-raja Mataram Kuna dari Sanjaya sampai Balitung, Sebuah Rekonstruksi berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III 1994 menyebutkan bahwa bahwa kata uparata tersebut diartikan sebagai "meninggal dunia". Pernyataan ini sesuai dengan isi dari prasasti Wanua Tengah III, yang menyatakan bahwa Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala naik tahta pada tanggal 27 Mei 855 M. Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala diyakini memimpin Medang Mataram sejak 855 hingga 885 M. Menurut sumber di atas, Candi Prambanan dibangun untuk memeringati keprabuan raja sebelumnya, sebagai darma bagi ayah Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala yakni Rakai Pikatan Dyah Saladu. Prasasti Siwargrha juga diresmikan oleh Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. Kompleks Candi Prambanan awalnya dikelilingi oleh arus sungai Opak yang berkelok ke timur, berdempet dengan konstruksi candi. Khawatir dengan erosi yang dapat merusak bangunan candi, raja Dyah Lokapala bermaksud mengubah arah aliran sungai tersebut. Akhirnya, dibuatlah sodetan untuk mengalihkan sungai Opak ke arah poros utara-selatan. Bekas arus sungai yang asli ditimbun sebagai pengembangan deretan Candi Perwara. Pemugaran Setelah Lama TerbengakalaiKetika kerajaan Medang dipimpin oleh Mpu Sendok, ibukota Medang pindah ke salah satu wilayah di Jawa Timur sekitar 930-an Masehi. Penyebab kepindahannya belum pasti. Namun van Bemmelen dalam The Geology of Indonesia 1949 menyatakan bahwa kepindahan tersebut diyakini karena letusan Gunung Merapi. Dampak letusan yang melumat sebagian besar wilayah Jawa Tengah membuat konstruksi Candi Prambanan tidak utuh lagi. Hingga abad ke-16, kompleks candi tetap terbengkalai, hanya menyisakan reruntuhan bekas gempa. Baru kemudian pada 1733, candi ini ditemukan oleh CA Lons yang kala itu bertugas sebagai pegawai Vereenigde Oostindische Compagnie VOC. Namun, peninggalan sejarah tersebut tak langsung diperhatikan oleh pemerintahan Hindia-Belanda. Beberapa pejabat kolonial dari Eropa juga berusaha menelusuri reruntuhan candi ini, seperti Colin Mackenzie, seorang surveyor bawahan Sir Thomas Stamford Raffles berkebangsaan Inggris. Lagi-lagi tak ada keseriusan untuk dipugar kembali. Ijzerman menjadi yang pertama menekuni penelusuran dan mengupayakan rekonstruksi Candi Prambanan. Dimulai pada 1885, ia mendirikan Archaelogische Vereeniging Van Jogja yang bertugas membersihkan kompleks Candi Prambanan. Laman Perpustakaan Nasional menuliskan bahwa pada 1902, upaya untuk memugar Candi Prambanan dilanjutkan oleh Theodoor van Erp. Pemugaran dilakukan dengan mengategorikan batu-batu reruntuhan, yang diupayakan untuk disusun kembali di bangunan candi. Pemugaran candi dilanjutkan lagi pada 1918 oleh Dinas Purbakala pemerintahan Hindia-Belanda yang dipimpin oleh Perquin. Pada masa ini, Candi Siwa yang masih dalam kawasan Candi Prambanan, dapat direkonstruksi kembali. Usai berpindah kekuasaan, tugas Perquin digantikan oleh De Haan. Pada 1926, De Haan lantas membentuk panitia baru untuk melanjutkan penyempurnaan Candi Siwa. Selain itu, persiapan pembangunan Candi Apit di kawasan Candi Prambanan juga dilakukan. Akan tetapi, naas menimpa De Haan. Ia meninggal dalam masa tugasnya pada 1931. Setahun kemudian, van Romondt menggantikannya. Candi Apit berhasil dirampungkan. Memasuki masa pendudukan Jepang, pemugaran candi dilakukan dibawah pimpinan Samingun dan Suwarno. Meskipun sempat terhenti empat tahun 1946-1950 karena revolusi fisik, pembangunan candi berhasil diselesaikan. Pada 1953 Candi Prambanan diresmikan oleh Soekarno. - Sosial Budaya Kontributor Abdul HadiPenulis Abdul HadiEditor Agung DH

candi prambanan didirikan atas usaha raja